Rabu, 23 November 2011

SERAT ALAMI BAHAN AGROINDUSTRI

Didunia ini terdapat bemaca-macam serat alam mulai mulai dari pohon berkambium dan pohon monokotil. Dengan berkembangnya teknologi serat alam mulai dikembangkan karena isus go green di dunia. Salah satu usah mengurai pengunaan serat yank berasa dari zat kimia. Serat alami adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu Biologi baik hewan maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan [Anynomous,2011]. Maka dari tu pelu pengembangan dan perbaikan pada serat alami yang masih mempunyai banyak kekurangan. Serat alam sering kali hanya dimanfaatkan sederhana semisal paohon bambu diguakan sebagi pegikat suatu barang. Pada review ini saya membahas serat alami.
Dari penjelasan diatas salah satu serat yaitu nanas. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalambahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15, (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Tanaman ini kini dipelihara di daerah tropik dan sub tropik. Pada pohon nanas yang paling  banyak serat yaitu pada daun. Serat daun nanas (pineapple–leaf fibres) adalah salah satu jenis serat yang berasal dari tumbuhan (vegetable fibre) yang diperoleh dari daun-daun tanaman nanas. Tanaman nanas yang juga mempunyai nama lain, yaitu Ananas Cosmosus, (termasuk dalam family Bromeliaceae), pada umumnya termasuk jenis tanaman semusim. Menurut sejarah, tanaman
ini berasal dari Brazilia dan dibawa ke Indonesia oleh para pelaut Spanyol dan Portugis sekitar tahun 1599. Di Indonesia tanaman tersebut sudah banyak dibudidayakan, terutama di pulau Jawa dan Sumatera yang antara lain terdapat di daerah Subang, Majalengka, Purwakarta, Purbalingga, Bengkulu, Lampung dan Palembang, yang merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup berpotensi [Anonymous, 2006].

SERAT DARI NANAS
Tanaman nanas akan dibongkar setelah dua atau tiga kali panen untuk diganti tanaman baru, oleh karena itu limbah daun nanas terus berkesinambungan sehingga cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai produk tekstil yang dapat memberikan nilai tambah. Bentuk daun nanas menyerupai pedang yang meruncing diujungnya dengan warna hijau kehitaman dan pada tepi daun terdapat duri yang tajam. Tergantung dari species atau varietas tanaman, panjang daun nanas berkisar antara 55 sampai 75 cm dengan lebar 3,1 sampai 5,3 cm dan tebal daun antara 0,18 sampai 0,27 cm. Di samping species atau varietas nanas, jarak tanam dan intensitas sinar matahari akan mempengaruhi terhadap pertumbuhan panjang daun dan sifat atau characteristic dari serat yang dihasilkan. Intensitas sinar matahari yang tidak terlalu banyak (sebagian terlindung) pada umumnya akan menghasilkan serat yang kuat, halus, dan mirip sutera (strong, fine and silky fibre) [Kirby, 20099, Doraiswarmy et al., 2003]. Terdapat lebih dari 50 varietas tanaman nanas didunia, beberapa varietas tanaman nanas yang telah dibudidayakan di Indonesia antara lain Cayenne, Spanish/Spanyol, Abacaxi dan Queen. Tabel 1 memperlihatkan sifat fisik beberapa jenis varietas lain tanaman nanas yang sudah banyak dikembangkan [Doraiswarmy et al., 2003].
Dari gabungan akan memperkuat disiapkan dengan metode lelehan-pencampuran dan solusi-pencampuran. Pengolahan karakteristik dari komposit yang dipelajari. Waktu pencampuran 6, kecepatan rotor 60 min rpm, dan suhu pencampuran 130 ° C ditemukan menjadi meleleh- encampuran optimal kondisi yang lebih baik dispersi serat dan sifat mekanik. Tensile sifat-sifat komposit lelehan campuran-campuran dan solusidibandingkan. Meleleh-campuran komposit menunjukkan sifat rendah dari solusi-campuran komposit karena kerusakan serat luas dan hreakage selama pencampuran mencair. Kerusakan serat dan serat kerusakan dianalisis dengan microscopies optik dan elektron. Mengingat mekanik keseluruhan sifat dan karakteristik processability, serat panjang 6 mm ditemukan untuk dia panjang optimal serat daun nanas untuk penguatan serat pendek daun nanas.

SERAT DARI KELAPA
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa sehingga ada yang menamakannya sebagai "pohon kehidupan" (the tree of life) atau "pohon yang amat menyenangkan" (a heaven tree) [Asnawi, 2005]. Kelapa selain dijuluki sebagai "pohon kehidupan", juga menamakannya sebagai "pohon surga". Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia.
Kelapa merupakan pohon yang kaya akan manfaat. Hampir setiap bagian dari pohon ini dapat digunakan untuk kebutuhan hidup manusia. Namun sayangnya daun dari pohon itu sendiri dirasa kurang optimal pemanfaatannya. Maksud dari penelitian kali ini adalah untuk mengoptimalkan potensi dari serat daun kelapa supaya tidak terbuang percuma. Dengan penanganan yang baik, pemanfaatan serat alam akan sangat membantu sebagai salah satu solusi permasalah lingkungan. Bahan yang mudah didapat dan jarangnya orang yang menggunakan daun kelapa sebagai bahan baku tekstil menjadi nilai tambah tersendiri. Citra daun kelapa berusaha diangkat menjadi sesuatu yang lebih bernilai ekonomi tinggi. Penulis mencoba mengolahnya menjadi produk kriya aksesoris fashion antara lain tas, sepatu dan kalung. Produk-produk tersebut dinilai sebagai produk yang paling sesuai dengan karakteristik daun kelapa sekaligus dapat menonjolkan potensi yang dimiliki daun kelapa secara maksimal. Coir merupakan serat alami yang berbahan serabut kelapa. Coir memiliki panjang 15 – 30 cm . Serat coir memiliki dua warna warna kuning kecokelatan dan merah kecokelatan. Sebagai serat alami coir dapat diandalkan, karena ketahanannya terhadap kelapukan. Ketahanan tersebut merupakan akibat dari kandungan asam silicic dan lignin [Klust, 2003].


SERAT DARI PISANG
              Pisang merupak pohon yang semua bisa dimanfaatkan. Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas tiga macam, yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah. Pada pisang serat (Musa textilis), yang dimanfaatkan bukan buahnya, tetapi serat batangnya untuk pembuatan tekstil. Pisang hias umumnya ditanam bukan untuk diambil buahnya tetapi sebagai hiasan yang cantik, contohnya adalah pisang kipas dan pisang-pisangan. Pisang buah (Musa paradisiaca) ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan atas empat golongan. Golongan pertama adalah yang dapat dimakan langsung setelah matang (disebut juga pisang meja), contohnya adalah: pisang kepok, susu, hijau, mas, raja, ambon kuning, ambon lumut, barangan, serta pisang cavendish. Selulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdapat banayak di alam. Bobot molekulnya tinggi, strukturnya teratur berupa polimer yang linear terdiri dari unit ulangan β -D-Glukopiranosa. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan amorf serta pembentukan mikro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa. Sifat selulosa sebagai polimer tercermin dari bobot molekul rata – rata, polidispersitas dan konfigurasi rantainya. Sebagai sumber serat, batang pisang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi pulp karena memiliki kandungan selulosa cukup tinggi [Anonymous,2002].

2 komentar:

  1. Salam kenal mas fadil. saya Ray dr bandung. saya sedang penelitian tentang serat daun nanas. saya mohon bantuannya untuk menambah wawasan sy. Selain disambung dan dipilin secara langsung, bagaimana proses pembuatan serat daun nanas untuk menjadi benang. kenapa di filipina bisa menghasilkan benang nanas yang sangat halus. mohon bantuannya. Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. O...iya.... Kemarin aku pernah baca tentang serat untuk benang dari pelepah nanas. kmrn tmnq nyoba buat benang dari serat kelapa.

      Hapus