Sabtu, 28 April 2012

ANALISIS BUDIDAYA SIDAT

Sidat (Anguilla spp), merupakan komoditas perikanan ini belum banyak dikenal orang. Padahal, hewan yang mirip dengan belut ini memiliki potensi luar biasa sebagai komoditas dalam negeri maupun ekspor. Saat ini, permintaan ekspor sidat terus meningkat. Harga jualnya juga mencengangkan. Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di Indonesia sendiri, sumberdaya benih cukup berlimpah. Setidaknya, terdapat empat jenis sidat, yaitu Anguilla bicolor, Anguilla marmorata, Anguilla nebulosa, dan Anguilla celebesensis.

Secara kasat mata, ikan sidat memiliki bentuk yang menyerupai belut. Secara fisik belut memiliki bentuk kepala lancip dan bulat, sedangkan ikan sidat ini mempunyai bentuk kepala segitiga, badan berbintik-bintik, dan ekor yang mirip ekor lele. Sidat juga bukan belut berkuping. Karena, yang selama ini dianggap telinga, sebenarnya adalah sirip. Dilihat dari ukurannya, panjang tubuh belut akan mentok di kisaran 60 cm. Sedangkan panjang sidat berkisar 80 cm−125 cm. Bobot terberat binatang ini juga bisa menyentuh angka 1 kg. Bahkan, di Pulau Enggano, Propinsi Bengkulu pernah ditemukan ikan sidat dengan berat sampai 10 kg.
Selain memiliki pasar ekspor yang potensial, ikan sidat sendiri memiliki kandungan vitamin yang tinggi. Hati ikan sidat memiliki 15.000 IU/100 gram kandungan vitamin A. Lebih tinggi dari kandungan vitamin A mentega yang hanya mencapai 1.900 IU/100 gram. Bahkan kandungan DHA ikan sidat 1.337 mg/100 gram mengalahkan ikan salmon yang hanya tercatat 820 mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram. Sementara kandungan EPA ikan sidat mencapai 742 mg/100 gram, jauh di atas ikan salmon yang hanya 492 mg/100 gram dan tenggiri yang hanya 409 mg/100 gram. Dengan fakta seperti itu, maka membudidayakan ikan sidat selain mempunyai potensi pasar yang menjanjikan juga bisa memberikan jaminan gizi kepada orang yang mengkonsumsinya.
Perubahan iklim telah mengubah pola migrasi ikan sidat di perairan laut Kepulauan Indonesia. Jika biasanya ikan ini hanya bisa dilihat di laut selama setengah tahun, namun saat ini belut laut ini muncul sepanjang tahun. Bentuknya seperti ular. Namun secara biologis karena memiliki insang dan sirip dia masuk kelompok ikan. Orang Indonesia biasa menyebutnya ikan sidat (belut laut tropis) atau bahasa latinnya anguilla sp. Jarang sekali ikan ini dikonsumsi oleh orang pribumi. Meski demikian, jangan remehkan ikan ini dari bentuknya. Sebab kandungan nutrisi ikan ini berada di atas rata-rata semua jenis ikan. Bahkan, di Eropa, Amerika, dan Jepang ikan ini laris manis dan menjadi konsumsi dari kalangan menengah ke atas karena harganya cukup mahal. Sebagian orang Jepang percaya bahwa dengan mengonsumsi ikan ini bisa menambah stamina dan memperpanjang umur. Meskipun terkesan hanya sebagai mitos, namun secara medis ikan ini memang memiliki kandungan nutrisi protein, karbohidrat, serta omega 3 yang tinggi. Sehingga menguatkan fungsi otak dan memperlambat terjadinya kepikunan. Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil ikan sidat jenis tropis yang melimpah.
Namun, saat ini di Indonesia sumberdaya ikan sidat belum begitu banyak dimanfaatkan seperti halnya di Jepang ataupun Negara Eropa lainnya. Padahal di berbagai wilayah di Indonesia ukuran benih maupun ukuran konsumsi ikan ini jumlahnya cukup melimpah. Tingkat pemanfaatan ikan sidat secara lokal juga masih sangat rendah, akibat belum banyak dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar untuk mengkonsumsi ikan sidat. Demikian pula pemanfaatan ikan sidat untuk tujuan ekspor masih sangat terbatas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membudidayakan ikan sidat antara lain:
a.    Suhu. Pada pemeliharaan benih Ikan Sidat lokal, A. bicolor bicolor, suhu terbaik untuk memacu pertumbuhan adalah 29°C.
b.    Salinitas. Pada pemeliharaan Ikan Sidat lokal,  A. bicolor bicolor (elver), salinitas yang dapat memberikan pertumbuhan yang baik adalah 6 – 7 ppt.
c.    Oksigen Terlarut. Kandungan oksigen minimal yang dapat ditolelir oleh Ikan Sidat berkisar antara 0,5 – 2,5 ppm.
d.    pH. pH optimal untuk pertumbuhan Ikan Sidat adalah 7 – 8.
e.    Amonia (N H3- N) dan Nitrit (NO2-N). Pada konsentrasi amonia 20 ppm sebagian Ikan Sidat yang dipelihara mengalami methemoglobinemie dan pada konsentrasi 30 – 40 ppm seluruh Ikan Sidat mengalami methemoglobinemie.
f.     Kebutuhan nutrient. Seperti halnya jenis ikan-ikan lain, Ikan Sidat membutuhkan zat gizi berupa protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Kadar protein pakan optimal adalah 45% untuk ikan bestir (juvenil) dan sekitar 50% untuk ikan kecil (fingerling).
Menurut Peneliti Bidang Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hagi Yulia Sugeha menyatakan RI berpotensi menjadi penghasil ikan sidat terbesar di dunia. Sebab, ikan sidat jenis tropis yang ada di perairan laut Indonesia memiliki karakter yang unik. Sidat betina tropis memiliki kemampuan reproduksi sembilan kali lebih banyak ketimbang jenis ikan sidat dari lintang tinggi. Ini bisa dilihat dari jumlah telur yang dibawa dalam perutnya. Selain itu kemampuan memijahnya pun sepanjang tahun. Dengan kemampuan bertelur mencapai ratusan ribu bahkan jutaan telur, maka ikan ini sangat potensial untuk dibudidayakan.
ANALISIS BIAYA
NO.
BIAYA INVESTASI
HARGA
VOLUME
JUMLAH
1.
Persiapan Lahan
Rp   3,000,000
1
Rp      3,000,000
2.
Pagar Biosekuriti dan saringan
Rp   1,700,000
1
Rp      1,700,000
3.
Tiang pagar (bambu)
Rp      600,000
1
Rp         600,000
4.
Pompa
Rp   5,000,000
2 Unit
Rp    10,000,000
5.
Sewa Lahan
Rp   5,000,000
1 Tahun
Rp      5,000,000
6.
Saung Jaga
Rp   2,000,000
1
Rp      2,000,000



Sub Total
Rp    22,300,000

NO.
BIAYA OPERASIONAL
HARGA
VOLUME
JUMLAH
1.
Benih sidat size 10 (berat 100gr)
Rp        30,000
800 Kg
Rp   24,000,000
2.
Pakan Sidat
Rp        13,500
8000 Kg
Rp 108,000,000
3.
Bahan Bakar Solar
Rp        10,000
1200 Liter
Rp   12,000,000
4.
Honor Tenaga Kerja
Rp   1,450,000
6 Orang
Rp     8,700,000
5.
Panen
Rp   2,000,000
1
Rp     2,000,000



Sub Total
Rp 154,700,000







Total Biaya
Rp 177,000,000
Target Masa Pembudidayaan Ikan Sidat Selama 6 (Enam) Bulan
Berat Ikan Sidat akan bertambah 10 kali lipat menjadi 8.000 kg
Analisa Keuntugan Penjualan Ikan Sidat 8,000 kg x Rp 70,000 = Rp 560,000,000
NO.
BIAYA-BIAYA
JUMLAH
1.
Biaya operasional
Rp            154,700,000
2.
Biaya investasi
Rp              10,300,000
3.
Biaya penyusutan (pompa & saung jaga)
Rp                2,400,000

Total Biaya
Rp            167,400,000
Keuntungan Rp 392,600,000
Profesional Fee 20% = Rp 78,520,000
Keuntungan Bersih = Rp 314,080,000
Pengembalian Investasi/Return On Invesment (ROI)
Pengembalian Investasi/Return On Investment sangat penting diketahui untuk menilai tentang keberhasilan suatu investasi atau kinerja investasi. Dengan pengembalian Investasi(ROI) maka akan kelihatan sukses/tidak sukses seorang mamajer.Untuk mengatakan bahwa suatu angka ROI itu tinggi atau rendah dibutuhkan pembanding, yaitu bisa dengan membandingkan dengan ROI tahun-tahun sebelumnya atau ROI industri atau ROI yang disyaratkan.
ROI = (Laba Neto Operasi/Penjualan) x ( Penjualan/Rata-rata aktiva Operasional
ROI tetap menunjukkan catatan yang baik, sepanjang hasil ROI yang dihasilkan tetap lebih tinggi daripada tingkat ROI disyaratkan.
Return On Investment (ROI) = 177%

1 komentar:

  1. Untuk mendapatkan informasi lebih banyak seputar ikan sidat silahkan kunjungi disini www.sidatmasapi.blogspot.com. Penyajian informasi kami pun beragam. Terima kasih

    BalasHapus