Chitin dan chitosan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Penelitian yang sudah dilakukan antara lain pada cumi segar, pindang dan ikan
asin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa chitosan mampu menggantikan formalin,
bahkan mutu produk yang dihasilkan lebih bagus dibandingkan dengan yang
menggunakan formalin. Chitosan merupakan zat anti bakteri, efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini disebabkan karena kitosan memiliki polikation
alami yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Chitosan
merupakan bahan pengawet ikan selain garam, karena itu chitosan dapat
diaplikasikan terhadap produk pindang sebagai pengganti formalin yang marak
akhir-akhir ini
Masalah utama yang dihadapi dalam memproduksi chitin dan chitosan
di Indonesia adalah kualitas produk masih rendah, kontinuitas suplainya belum
pasti dan belum bisa diakses oleh semua kalangan. Selain itu banyak masyarakat
yang belum mengetahui fungsi dari chitin-chitosan pada produk perikanan.
Aplikasi Chitosan pada pindang ikan layang. Pindang ikan layang yang telah dilapisi chitosan kemudian
dilakukan pengujian organoleptik. Hasil pengujian nilai organoleptik pindang
ikan layang baik yang tidak dilapisi chitosan maupun yang dilapisi chitosan
disajikan pada Tabel 2.
Pemanfaatan kulit udang menjadi “edible coating” chitosan bukan
saja memberikan nilai tambah pada usaha pengolahan udang, akan
tetapi juga dapat menanggulangi masalah pencemaran lingkungan
yang ditimbulkan, terutama masalah bau yang dikeluarkan serta estetika
lingkungan yang kurang bagus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar