Selasa, 01 Mei 2012

LESUNYA INDUSTRI PALA INDONESIA


Pala (Myristica Fragan Haitt) merupakan tanaman buah berupa pohon tinggi asli Indonesia, karena tanaman ini berasal dari Banda dan Maluku. Tanaman pala
menyebar ke Pulau Jawa, pada saat perjalanan Marcopollo ke Tiongkok yang melewati pulau Jawa pada tahun 1271 sampai 1295 pembudidayaan tanaman pala terus meluas sampai Sumatera. Tanaman pala memiliki beberapa jenis, antara lain:
1.    Myristica fragrans Houtt
2.    Myristica argentea Ware
3.    Myristica fattua Houtt
4.    Myristica specioga Ware
5.    Myristica Sucedona BL
6.    Myristica malabarica Lam

Sabtu, 28 April 2012

PRODUKSI CARANG MAS


Proses pengolahan carang mas diawali dari ubi jalar yang baru dipanen dari petani daerah sekitar dengan karakteristik yang sudah ditentukan. Ubi jalar ditimbang kurang lebih sebanyak 25 kg, kemudian dikupas mengunakan pisau sehingga dihasilkan produk samping yaitu kulit. Daging ubi jalar dicuci dengan air yang mengalir dan ditiriskan pada rak atau keranjang. Pengecilan ukuran menggunakan parutan kecil yang terbuat dari kayu dan logam. Parutan ubi dimasak dengan minyak kelapa sawit yang panas dan dimasukan gula sehingga menjadi keras dan mudah dibentuk. Tahap terakhir adalah pembentukan carang mas berbentuk bulat dan siap dikemas (Anonymous, 2008). 



ANALISIS BUDIDAYA SIDAT

Sidat (Anguilla spp), merupakan komoditas perikanan ini belum banyak dikenal orang. Padahal, hewan yang mirip dengan belut ini memiliki potensi luar biasa sebagai komoditas dalam negeri maupun ekspor. Saat ini, permintaan ekspor sidat terus meningkat. Harga jualnya juga mencengangkan. Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang laku di pasar internasional (Jepang, Hongkong, Belanda, Jerman, Italia dan beberapa negara lain), dengan demikian ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di Indonesia sendiri, sumberdaya benih cukup berlimpah. Setidaknya, terdapat empat jenis sidat, yaitu Anguilla bicolor, Anguilla marmorata, Anguilla nebulosa, dan Anguilla celebesensis.

PERENCANAN PABRIK BISKUIT


Produk yang kami buat adalah “Uchiko Wafer”. Yaitu wafer cokelat yang bisa dinikmati oleh seluruh kalangan umur. Komposisi yang ada di dalamnya yaitu tepung tapioka, tepung kacang hijau, tepung gandum, gula, lemak  nabati, susu bubuk, dekstrosa, lesitin kedelai, garam, telur, bubuk vanili, soda kue, pasta cokelat. Pencampuran keseluruhan komposisi bahan tersebut tidak lain adalah untuk saling menunjangnya nilai gizi dari tiap campuran bahan baku.
Menurut Anonymous (2006), kombinasi tepung kacang hijau dengan tepung-tepungan lain (serealia, beras, gandum, dan lain-lain) dapat digunakan sebagai bahan makanan bayi dan anak balita yang bergizi dan bermutu tinggi. Kualitas protein dari bahan makanan campuran tersebut akan meningkat dibandingkan protein bahan-bahan aslinya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya efek komplementasi, yaitu efek saling melengkapi kekurangan pada masing-masing bahan.
Kemasan produk dibuat sederhana agar praktis, namun desain kemasan dibuat semenarik mungkin agar konsumen tertarik untuk membeli. Menurut Winarno (1983), dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton.

EDIBLE COATING DARI LIMBAH INDUSTRI UDANG


Chitin dan chitosan mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Penelitian yang sudah dilakukan antara lain pada cumi segar, pindang dan ikan asin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa chitosan mampu menggantikan formalin, bahkan mutu produk yang dihasilkan lebih bagus dibandingkan dengan yang menggunakan formalin. Chitosan merupakan zat anti bakteri, efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri, hal ini disebabkan karena kitosan memiliki polikation alami yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Chitosan merupakan bahan pengawet ikan selain garam, karena itu chitosan dapat diaplikasikan terhadap produk pindang sebagai pengganti formalin yang marak akhir-akhir ini

PROSPEK DAN TREN INDUSTRI MINUMAN RINGAN INDONESIA MEMASUKI 2012


         Pertumbuhan ekonomi yang selalu berkembang. Tingkat konsumsi akan produk-produk pangan. Dengan berkekembang dan meningkatnya Urbanisasi. Urbanisasi merupakan suatu proses transformasi yang meliputi perpaduan dari banyak proses termasuk proses fisik, ekonomi, sosial, politik, budaya di wilayah pedesaan atau kota kecil menjadi suatu wilayah perkotaan. Berdasarkan pendapat di atas dan paparan hasil penelitian Firman di bawah ini bahwa pertumbuhan perkotaan tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja tetapi kota-kota kecil pun mengalaminya walaupun dalam skala yang relatif kecil. Sehinggakemakmuran menjadi hal yang penting.
Prospek Ekonomi dan Industri Pangan Indonesia di tengah Kelesuan Ekonomi Global
Ketua GAPMMI, Adhi S.Lukman, dalam Business Outlook 2012, menyampaikan bahwa sejak beberapa tahun lalu perkembangan bisnis di bidang makanan dan minuman terus mengalami pertumbuhan yang positif. Untuk tahun 2012, diharapkan omzet industri makanan dan minuman akan tumbuh 8-10% atau lebih besar dari pertumbuhan tahun 2011 lalu yang mencapai 7-8%.

Senin, 09 April 2012

ROADSHOW SEMINAR “Technoprenuership RAMP Indonesia” 2012

Yayasan INOTEK akan melaksanakan roadshow seminar tentang kewirausahaan teknologi ke beberapa kampus di Indonesia dengan tema “Technopreneurship – RAMP Indonesia”.
Roadshow Seminar ini bertujuan untuk mencari inovator atau inovasi dari kalangan mahasiswa, dosen, peneliti ataupun masyarakat umum.
Roadshow seminar akan mulai dilaksanakan pada bulan April 2012 hingga Mei 2012.










sumber : http://inotek.org/program/ramp-indonesia/roadshow-seminar-technoprenuership-ramp-indonesia-2012-2403.html

Kamis, 05 April 2012

REVITALISASI INDUSTRI GULA

Swasembada gula untuk konsumsi masyarakat sudah pernah dicapai pada tahun 2008 dengan tingkat produksi pada tahun tersebut sebesar 2,7 juta ton, sedangkan swasembada gula yang hendak dicapai pada 2014 adalah swasembada gula baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun untuk memenuhi kebutuhan industri yaitu dengan target produksi sebesar 5,7 juta ton. Dalam rangka mencapai target pada 2014 dicanangkan Program Revitalisasi Industri Gula Nasional yang akan ditempuh melalui pembenahan industri gula yang sudah ada (PG existing) dan pembangunan PG baru. Revitalisasi industri gula adalah perbaikan mesin dan peralatan industri gula existing (baik milik BUMN maupun swasta), menambah kapasitas terpasang untuk memperbesar volume produksi, serta pembangunan perkebunan tebu dan pabrik gula baru. 

Selasa, 03 April 2012

JALAN MENUJU MAKANAN ORGANIK?

Sepuluh penyakit kronis adalah penyebab utama kematian manusia di negara-negara industri. Lima dari penyakit % u2014cardiovascular penyakit ini, stroke, kanker, tipe 2 diabetes dan hipertensi % u2014are terkait dengan pilihan diet yang buruk dan kelebihan berat badan. Organisasi kesehatan dunia, kesehatan masyarakat Eropa dan pertanian konsorsium, AS Dept pertanian, dan lain mengatur tubuh dan organisasi kesehatan secara teratur mempublikasikan manfaat kesehatan dari sayuran dan buah-buahan dan hubungan antara miskin diet dan kesehatan yang buruk. Akibatnya, konsumen akan menyadari bahwa makanan sehari-hari yang terdiri terutama dari makanan nabati mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor risiko untuk penyakit kronis. Namun, banyak konsumen juga berada di bawah kesan bahwa buah dan sayuran organik lebih aman, lebih bergizi dan sehat untuk pencegahan penyakit kronis. Pengertian ini dipromosikan oleh industri makanan organik, para pendukungnya, makanan pemasar dan penulis, dan bahkan beberapa dokter dan ilmuwan

KEAMANAN PANGAN PADA INDUSTRI

Industri Jasa boga sebagai penyedia makanan siap santap, seperti rumah makan, katering sampai pedagang jajanan anak sekolah saat ini hanyak berkembang di masyarakat seiring dengan gaya hidup yang menginginkan kepraktisan dalam penyediaan makanan. Umumnya konsumen membeli makanan dengan memperhatikan rasanya (keenakannya) dan kurang memperhatikan nilai gizi ataupun keamanan dari makanan tersebut. Memang keamanan makanan siap santap tidak dapat diketahui secara langsung, dan biasanya konsumen mengukurnya dengan memperhatikan kebersihan sarana dan tempat penyajian.